Sabtu, 09 April 2016

DEMPLOT YUMINA BUMINA, UNGGULAN BKP5K KABUPATEN BOGOR



Budidaya terpadu antara ikan dengan tanaman sayur atau dikenal dengan istilah “Yumina” dan budidaya terpadu ikan dengan tanaman buah atau “Bumina” telah direkomendasikan untuk dimasyarakatkan secara nasional oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) sejak tahun 2014. Hingga saat ini teknologi Bumina dan Yumina telah diaplikasikan di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa. Teknologi ini memiliki keunggulan yakni meningkatkan produktivitas lahan, meningkatkan pendapatan pembudidaya, ramah lingkungan (ekonomi biru), dan menjaga ketahanan pangan.
Yumina dan Bumina ini merupakan pengembangan dari sistem akuaponik yang dapat diterapkan tanpa menggunakan listrik, sedangkan sistem pengoperasian Yumina / Bumina harus menggunakan listrik untuk memompa air agar mengalir dalam sistem resirkulasinya.
Menurut Achmad Poernomo, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP), teknik Yumina dan Bumina yang telah diaplikasikan yaitu sistem pot (dengan aliran atas atau aliran bawah), batu split, sistem rakit dan sistem parit. Media yang digunakan bisa sangat bervariasi meliputi batu apung, batu split, arang kayu, akar pakis, dan air.
Alasan utama dikembangkan dua model ini menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) adalah kenyataan bahwa di Indonesia saat ini dan di masa mendatang  luas lahan serta ketersediaan air untuk kegiataan budidaya akan semakin terbatas karena harus bersaing dengan aktivitas lain dan industri.
Teknologi ini dirancang untuk masyarakat perkotaan atau yang memiliki karakteristik keterbatasan lahan demikian, karena teknologi yang hemat lahan dan air.  Berdasarkan hasil penelitian, budidaya dengan sistem Yumina dan Bumina mampu menghemat air hingga 700 persen.

Demonstrasi plot ini bertujuan untuk memberikan contoh bagi petani dan pembudidaya ikan di Kabupaten dan Kota Bogor untuk menerapkan teknologi Yumina dan Bumina.
Top of Form




 SEKILAS TENTANG TEKNOLOGI YUMINA DAN BUMINA 

Teknologi Yumina dan Bumina dikembangkan dengan pertimbangan bahwa di Indonesia saat ini dan di masa mendatang  luas lahan serta ketersediaan air untuk kegiataan budidaya akan semakin terbatas.  Kedua model budidaya ini dapat mengurangi secara nyata pencemaran air akibat limbah budi daya yang berasal dari sisa pakan dan metabolisme ikan, yakni penyebab tingginya Nitrogen (N) dan Phospor (P) ditekan bahkan dikonversi menjadi sesuatu yang bermanfaat produktif.  Senyawaan N dan P dalam air akan diserap dan dimanfaatkan oleh akar tanaman sebagai sumber nutrien.  Menurut penelitian teknologi ini dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90 persen serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/L menjadi 0,013-0,25 mg/L. Selain itu, Yumina dan Bumina juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 m DPL hingga 1.000 m DPL, sehingga teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari pesisir hingga pegunungan.  Dengan teknologi ini, pembudidaya mendapat keuntungan ganda, karena bisa panen ikan dan juga panen buah dan sayur.

1. Pengembangan model Yumina dan Bumina
Teknologi Yumina dan Bumina dapat diaplikasikan dalam berbagai skala, baik skala rumah tangga, maupun skala industri. Akan tetapi bahan dan cara pembuatannya relatif sama yakni membutuhkan kolam/bak, wadah media tanam, media tanam, pompa air dan instalasi perpipaan.  Selanjutnya bahan yang dibutuhkan adalah benih ikan dengan ukuran dan jenis yang dikehendaki, tanaman sayur atau buah sesuai kehendak, cara perawatan , waktu budidaya, serta analisis ekonomi.  Barangkali jika dianggap sebagai kelemahan, teknologi ini sementara khusus untuk budi daya ikan air tawar serta tanaman sayur mayur dan buah-buahan seperti tomat, strawberry, kangkung , bawang dan sejenisnya.
Untuk kolam ada beragam bentuk dan ukuran kolam yang bisa digunakan, disesuaikan dengan luas lahan atau ruang yang ada. Syarat utamanya kolam tidak bocor, dapat dibuat dari tembok, fiber, atau tanah berlapis terpal.  Wadah media tanam dapat menggunakan berbagai wadah seperti ember plastik, bak kayu yang dilapisi plastik atau terpal, pipa PVC, maupun talang air. Wadah yang dipilih tergantung pada ukuran kebutuhan, biaya serta kemudahan penggunaannya.  Semua jenis wadah dipastikan tidak bocor serta dilengkapi dengan saringan dan saluran pengeluaran air. 
Penggunaan media tanam pada teknologi Yumina dan Bumina selain sebagai substrat melekatkan akar tanaman juga berfungsi sebagai filter biologis untuk air kolam dan tempat berlangsungnya proses nitrifikasi oleh bakteri. Oleh karena itu materi substrat tidak boleh mudah busuk atau hancur dan harus dipilih berongga yang cukup sehingga dapat melewatkan air dengan baik. 

2. Teknis Pengelolaan Unit Budidaya Yumina Bumina
Untuk kebutuhan distribusi air ke setiap tanaman diperlukan pompa listrik serta Instalasi perpipaan. Untuk kolam ukuran 10 m2 dapat gunakan pompa celup kapasitas 70 L/menit dengan daya listrik 35 watt.  Cara kerjanya, air kolam dipompa kemudian didistribusikan ke media tanam dengan menggunakan pipa PVC berukuran 1/2 inci. Pada setiap rumpun tanaman pipa PVC diberi lubang ukuran 5 mm sebagai tempat keluarnya air menyirami tanaman. Selanjutnya air, dari wadah media tanam akan kembali masuk ke dalam kolam ikan dengan kualitas yang lebih baik. 
Dalam aplikasi teknologi ini perlu diperhatikan bahwa jenis ikan air tawar yang dapat dibudidayakan harus dipilih yang efisien waktu dan nilai usaha yang komoditasnya memiliki pertumbuhan cepat, dengan nilai ekonomis tinggi, seperti ikan mas, nila, patin, dan lele dumbo.  Sedangkan untuk jenis tanaman yang cocok dipelihara dengan sistem Yumina dan Bumina umumnya jenis tanaman semusim yang tahan hidup pada media berkadar air tinggi. Seperti, kangkung darat, caisin, pakcoi dan selada. Atau tanaman buah seperti cabai rawit, cabai keriting, terong, dan tomat. 


3. Rancangan Tata Letak
Berdasarkan pertimbangan kemudahan dalam pengelolaan dan sarana yang tersedia, Rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
wadah budidaya berbentuk segi-empat dengan ukuran 2x3 meter sebanyak 5 unit.  Sistem aliran air yang digunakan menggunakan aliran atas. Ikan yang dibudidayakan adalah jenis Lele (Clarias batracus) dengan kepadatan 250 ekor per m2 dan tanaman yang dibudidaya-integrasikan adalah jenis sayur dan jenis buah.
Gambar skema sebagaimana di bawah ini
Gambar 1. Unit Demplot taampak dari atas

Gambar 2. Unit Demplot tampak dari samping

Demplot Yumina dan Bumina ini dapat dikunjungi di areal Agrofarming Sytem Park Komplek BKP5K Kab. Bogor.  Wadah budidaya yang digunakan adalah Kolam/Bak terbuat dari semen dengan ukuran 2x3 meter sebanyak 5 unit.  Ikan yang dibudidayakan adalah jenis Lele sangkuriang (Clarias batracus) sebanyak 1500 ekor per unit dan tanaman yang dibudidaya-integrasikan adalah jenis kangkung dan Caisin, Tomat dan Cabe rawit. Jenis ikan dan tumbuhan yang dibudidayakan bervariasi sesuai kondisi lapangan.


Hingga saat ini banyak petani dan pembudidaya yang sengaja maupun tidak sengaja berkunjung untuk melihat dan mendalami teknologi demplot ini. Pengunjung yang sengaja adalah petani/pembudidaya dan calon petani/ pembudidaya yang dengan sengaja datang ke lokasi khusus melihat beberapa demplot pada saat diselenggarakan pembukaan Agro-farming System Park.
Pengunjung yang tidak sengaja adalah petani/pembudidaya dan calon petani/ pembudidaya yang datang ke lokasi untuk mengikuti pertemuan atau pelatihan lain di lingkungan BKP5K dan BP3K Darmaga selanjutnya melihat demplot tersebut.

Bagi pengunjung yang berminat untuk berinovasi barangkali dapat diperhatikan beberapa pelajaran sebagai berikut.
Unit budidaya yumina dan bumina menuntut dilakukannya penanganan pengelolaan setiap hari hingga lebih dari 2 kali.  Pengelolaan rutin  yang diperlukan antara lain memberi pakan dan mengelola instalasi perpipaan, yakni membersihkan  pipa-pipa yang macet dan mengatur aliran air keluar agar merata.
Masalah teknis yang menantang untuk dicarikan solusi antara lain :
  1. .  Pompa penyedot sering tersumbat dan menurun kapasitas debit air yang didistribusikannya.  Hal ini umumnya disebabkan adanya serat-sampah yang terisap sehingga mengurangi arus air dan memper-lambat putaran pompa.
  2.      Pembersihan harus dilakukan teratur terutama pada saat ikan sudah mencapai ukuran besar.  Filter kawat yang dipasang di luar harus dirancang kokoh dan mudah dibersihkan.
  3.      Pada saluran utama pipa penyiram kadang-kadang terjadi penyumbatan akibat kotoran yang awalnya bertumpuk di dasar pipa sampai menyumbat pipa secara keseluruhan. 
  4.       Terjadi penyumbatan pada lubang penyiram yang disebabkan oleh kotoran berbentuk serat (antara lain tumbuhan sejenis spyrogira sp.) sehingga lobang penyiram yang berdiameter 0,5 cm perlu dibersihkan setiap hari dengan cara ditusuk /dikorek.