Budidaya terpadu antara ikan
dengan tanaman sayur atau dikenal dengan istilah “Yumina” dan budidaya terpadu ikan dengan tanaman buah atau “Bumina”
telah direkomendasikan untuk dimasyarakatkan secara nasional oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) sejak tahun
2014. Hingga saat ini teknologi Bumina dan Yumina telah diaplikasikan di
Sumatra, Kalimantan, dan Jawa. Teknologi ini memiliki keunggulan yakni
meningkatkan produktivitas lahan, meningkatkan pendapatan pembudidaya, ramah
lingkungan (ekonomi biru), dan menjaga ketahanan pangan.
Yumina dan Bumina ini merupakan pengembangan
dari sistem akuaponik yang dapat diterapkan tanpa menggunakan listrik,
sedangkan sistem pengoperasian Yumina / Bumina harus menggunakan listrik untuk
memompa air agar mengalir dalam sistem resirkulasinya.
Menurut Achmad Poernomo, Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP), teknik
Yumina dan Bumina yang telah diaplikasikan yaitu sistem pot (dengan aliran atas
atau aliran bawah), batu split, sistem rakit dan sistem parit. Media yang
digunakan bisa sangat bervariasi meliputi batu apung, batu split, arang kayu, akar
pakis, dan air.
Alasan utama dikembangkan dua model ini menurut
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) adalah
kenyataan bahwa di Indonesia saat ini dan di masa mendatang luas lahan serta ketersediaan air untuk kegiataan
budidaya akan semakin terbatas karena harus bersaing dengan aktivitas lain dan
industri.
Teknologi ini dirancang
untuk masyarakat perkotaan atau yang memiliki karakteristik keterbatasan lahan
demikian, karena teknologi yang hemat lahan dan air. Berdasarkan hasil penelitian, budidaya
dengan sistem Yumina dan Bumina mampu menghemat air hingga 700 persen.
Demonstrasi plot ini bertujuan untuk memberikan
contoh bagi petani dan pembudidaya ikan di Kabupaten dan Kota Bogor untuk
menerapkan teknologi Yumina dan Bumina.
SEKILAS TENTANG TEKNOLOGI YUMINA DAN BUMINA
Teknologi
Yumina dan Bumina dikembangkan dengan pertimbangan bahwa di Indonesia saat ini
dan di masa mendatang luas lahan serta
ketersediaan air untuk kegiataan budidaya akan semakin terbatas. Kedua model budidaya ini dapat mengurangi secara nyata pencemaran air akibat
limbah budi daya yang berasal dari sisa pakan dan metabolisme ikan, yakni
penyebab tingginya Nitrogen (N) dan Phospor (P) ditekan bahkan dikonversi
menjadi sesuatu yang bermanfaat produktif.
Senyawaan N dan P dalam air akan diserap dan dimanfaatkan oleh akar
tanaman sebagai sumber nutrien. Menurut
penelitian teknologi ini dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90
persen serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/L menjadi 0,013-0,25 mg/L.
Selain itu, Yumina dan Bumina juga dapat dilakukan pada daerah dengan
ketinggian 7 m DPL hingga 1.000 m DPL, sehingga teknologi ini dapat diterapkan
pada semua daerah mulai dari pesisir hingga pegunungan. Dengan teknologi ini, pembudidaya
mendapat keuntungan ganda, karena bisa panen ikan dan juga panen buah dan
sayur.
1. Pengembangan model Yumina dan Bumina
Teknologi Yumina dan Bumina
dapat diaplikasikan dalam berbagai skala, baik skala rumah tangga, maupun skala
industri. Akan tetapi bahan dan cara pembuatannya relatif sama yakni
membutuhkan kolam/bak, wadah media tanam, media tanam, pompa air dan instalasi
perpipaan. Selanjutnya bahan yang
dibutuhkan adalah benih ikan dengan ukuran dan jenis yang dikehendaki, tanaman
sayur atau buah sesuai kehendak, cara perawatan , waktu budidaya, serta
analisis ekonomi. Barangkali jika
dianggap sebagai kelemahan, teknologi ini sementara khusus untuk budi
daya ikan air tawar serta tanaman sayur mayur dan buah-buahan seperti tomat, strawberry,
kangkung , bawang dan sejenisnya.
Untuk kolam ada beragam
bentuk dan ukuran kolam yang bisa digunakan, disesuaikan dengan luas lahan atau
ruang yang ada. Syarat utamanya kolam tidak bocor, dapat dibuat dari tembok, fiber,
atau tanah berlapis terpal. Wadah
media tanam dapat menggunakan berbagai wadah seperti ember plastik, bak kayu
yang dilapisi plastik atau terpal, pipa PVC, maupun talang air. Wadah yang
dipilih tergantung pada ukuran kebutuhan, biaya serta kemudahan penggunaannya. Semua jenis wadah dipastikan tidak
bocor serta dilengkapi dengan saringan dan saluran pengeluaran air.
Penggunaan media tanam pada teknologi Yumina dan Bumina selain sebagai substrat melekatkan akar tanaman juga berfungsi sebagai filter biologis untuk air kolam dan tempat berlangsungnya proses nitrifikasi oleh bakteri. Oleh karena itu materi substrat tidak boleh mudah busuk atau hancur dan harus dipilih berongga yang cukup sehingga dapat melewatkan air dengan baik.
Penggunaan media tanam pada teknologi Yumina dan Bumina selain sebagai substrat melekatkan akar tanaman juga berfungsi sebagai filter biologis untuk air kolam dan tempat berlangsungnya proses nitrifikasi oleh bakteri. Oleh karena itu materi substrat tidak boleh mudah busuk atau hancur dan harus dipilih berongga yang cukup sehingga dapat melewatkan air dengan baik.
2. Teknis Pengelolaan Unit Budidaya Yumina Bumina
Untuk kebutuhan distribusi
air ke setiap tanaman diperlukan pompa listrik serta Instalasi perpipaan. Untuk
kolam ukuran 10 m2 dapat gunakan pompa celup kapasitas 70 L/menit dengan daya
listrik 35 watt. Cara kerjanya, air
kolam dipompa kemudian didistribusikan ke media tanam dengan menggunakan pipa
PVC berukuran 1/2 inci. Pada setiap rumpun tanaman pipa PVC diberi lubang
ukuran 5 mm sebagai tempat keluarnya air menyirami tanaman. Selanjutnya air,
dari wadah media tanam akan kembali masuk ke dalam kolam ikan dengan kualitas
yang lebih baik.
Dalam aplikasi teknologi ini
perlu diperhatikan bahwa jenis ikan air tawar yang dapat dibudidayakan harus dipilih
yang efisien waktu dan nilai usaha yang komoditasnya memiliki pertumbuhan
cepat, dengan nilai ekonomis tinggi, seperti ikan mas, nila, patin, dan lele
dumbo. Sedangkan untuk jenis tanaman
yang cocok dipelihara dengan sistem Yumina dan Bumina umumnya jenis tanaman
semusim yang tahan hidup pada media berkadar air tinggi. Seperti, kangkung
darat, caisin, pakcoi dan selada. Atau tanaman buah seperti cabai rawit, cabai
keriting, terong, dan tomat.
3. Rancangan Tata Letak
Berdasarkan
pertimbangan kemudahan dalam pengelolaan dan sarana yang tersedia, Rancangan
yang digunakan adalah sebagai berikut:
wadah
budidaya berbentuk segi-empat dengan ukuran 2x3 meter sebanyak 5 unit. Sistem aliran air yang digunakan menggunakan
aliran atas. Ikan yang dibudidayakan adalah jenis Lele (Clarias batracus) dengan
kepadatan 250 ekor per m2 dan tanaman yang dibudidaya-integrasikan
adalah jenis sayur dan jenis buah.
Gambar
skema sebagaimana di bawah ini
Gambar 2. Unit Demplot tampak dari samping
Hingga saat ini banyak
petani dan pembudidaya yang sengaja maupun tidak sengaja berkunjung untuk
melihat dan mendalami teknologi demplot ini. Pengunjung yang sengaja adalah
petani/pembudidaya dan calon petani/ pembudidaya yang dengan sengaja datang ke
lokasi khusus melihat beberapa demplot pada saat diselenggarakan pembukaan
Agro-farming System Park.
Pengunjung yang tidak sengaja adalah
petani/pembudidaya dan calon petani/ pembudidaya yang datang ke lokasi untuk
mengikuti pertemuan atau pelatihan lain di lingkungan BKP5K dan BP3K Darmaga
selanjutnya melihat demplot tersebut.
Bagi pengunjung yang berminat untuk berinovasi barangkali dapat diperhatikan beberapa pelajaran sebagai berikut.
Unit budidaya yumina dan bumina menuntut
dilakukannya penanganan pengelolaan setiap hari hingga lebih dari 2 kali. Pengelolaan rutin yang diperlukan antara lain memberi pakan dan
mengelola instalasi perpipaan, yakni membersihkan pipa-pipa yang macet dan mengatur aliran air keluar
agar merata.
Masalah teknis yang menantang untuk dicarikan solusi antara lain :
- . Pompa penyedot sering tersumbat dan menurun kapasitas debit air yang didistribusikannya. Hal ini umumnya disebabkan adanya serat-sampah yang terisap sehingga mengurangi arus air dan memper-lambat putaran pompa.
- Pembersihan harus dilakukan teratur terutama pada saat ikan sudah mencapai ukuran besar. Filter kawat yang dipasang di luar harus dirancang kokoh dan mudah dibersihkan.
- Pada saluran utama pipa penyiram kadang-kadang terjadi penyumbatan akibat kotoran yang awalnya bertumpuk di dasar pipa sampai menyumbat pipa secara keseluruhan.
- Terjadi penyumbatan pada lubang penyiram yang disebabkan oleh kotoran berbentuk serat (antara lain tumbuhan sejenis spyrogira sp.) sehingga lobang penyiram yang berdiameter 0,5 cm perlu dibersihkan setiap hari dengan cara ditusuk /dikorek.



